Kemudian dengan hanya sekitar satu menit tersisa di perpanjangan waktu, apa yang seharusnya menjadi bola depan yang tidak berbahaya dan penuh harapan disalahgunakan oleh bek Nicolas Otamendi – yang sebelumnya memberi Prancis hadiah penalti untuk mematahkan penutupan – dan itu mengatur Randal Kolo Muani untuk a satu lawan satu dengan kiper Argentina Emiliano Martinez.
Saat bola mendekat, Martinez sedikit bergerak maju dan membuat dirinya sebesar mungkin. Kolo Muani memilih untuk menyerang bola saat datang daripada mengontrol dan mencoba untuk bermanuver di sekitar 'kiper, dan Martinez berhasil memasukkan kaki kirinya ke jalur bola dan menangkisnya dalam penyelamatan yang akan menjadi salah satu yang terbaik. dalam sejarah Piala Dunia.
Adu penalti berlangsung dramatis
Ini bukan cara yang ideal untuk menentukan pemenang, tetapi ini adalah cara yang adil. Satu-satunya elemen yang ditentukan oleh lemparan koin adalah tim mana yang akan menembak terlebih dahulu dan di ujung lapangan mana baku tembak akan dilakukan. Setiap tim mendapat kesempatan yang sama untuk menang atau kalah.
Dan hanya dalam adu penalti final Piala Dunia ketiga, ada tekanan, dan Argentina berhasil melakukannya dengan indah, terutama penyerang Paulo Dybala.
Pernah dianggap sebagai bintang muda yang sedang naik daun - ia mencetak 22 gol untuk Juventus pada 2017/18, tetapi turun menjadi lima tahun berikutnya dan mengalami pasang surut sejak itu - Dybala adalah pencetak gol kedua Argentina, tepat setelah rekan setimnya Emiliano Martinez mencetak gol.***