Tiga hal itu diyakini akan menjadi fondasi penguatan ekosistem sepak bola di kawasan yang tengah tumbuh pesat.
“Kami ingin memastikan sepak bola terus berkembang dalam suasana yang aman serta menjadi sarana pendidikan bagi generasi muda, baik laki-laki maupun perempuan di seluruh kawasan ini,” ujar Infantino.
Dengan lebih dari 700 juta penggemar aktif, ASEAN disebut sebagai salah satu wilayah paling dinamis bagi pertumbuhan sepak bola dunia.
Tak heran, FIFA ingin menjadikan kawasan ini sebagai basis pengembangan olahraga yang lebih terintegrasi.
Bayang-bayang AFF Cup
Meski disambut antusias, peluncuran FIFA ASEAN Cup juga memunculkan pertanyaan baru tentan nasib Piala AFF, sebuah turnamen dua tahunan yang sejak 1996 menjadi kebanggaan federasi sepak bola di Asia Tenggara.
Kini, sebagian publik menilai, kehadiran FIFA ASEAN Cup sebagai versi “level atas” dari AFF Cup.
Terlebih, jika AFF Cup lebih bersifat regional dengan sistem dan lisensi di bawah AFC, maka turnamen baru ini berada langsung di bawah naungan FIFA, dengan peluang penyiaran dan sponsor internasional yang lebih besar.
Bagi sebagian pihak, AFF Cup tetap memiliki tempat tersendiri di hati penggemar karena telah menjadi bagian dari sejarah panjang sepak bola ASEAN.
Dari Sejarah AFF ke Era Baru FIFA
Federasi Sepak Bola ASEAN (AFF) sendiri berdiri pada 1984 setelah serangkaian pertemuan antara federasi negara-negara Asia Tenggara di Kuala Lumpur dan Bangkok.
Sejak saat itu, AFF telah melahirkan banyak momen legendaris, mulai dari kejutan Indonesia di era 2000-an hingga dominasi Thailand dalam beberapa edisi terakhir.
Kini, dengan hadirnya FIFA ASEAN Cup, kawasan Asia Tenggara menghadapi momentum penting untuk naik kelas.
Jika ajang ini digelar dalam kalender FIFA Matchday, maka kompetisi tersebut bisa menghadirkan pemain-pemain terbaik dari setiap negara tanpa benturan jadwal dengan klub Eropa atau liga domestik.***